Indahnya “Janjang Sajuta”

Jenjang sejuta atau dalam bahasa minangkabau disebut dengan “janjang sajuta” adalah sebuah tempat objek wisata yang berada di nagari Pakan Sinayan, Kecamatan Banuahampu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lokasinya berjarak lebih kurang 15 km dari kota wisata Bukittinggi. Objek wisata “janjang sajuta” ini merupakan objek wisata yang tergolong baru di daerah tersebut dan beberapa bulan ini baru diresmikan. Sebelumnya lokasi tersebut merupakan hamparan ladang-ladang sayur milik warga setempat serta juga tempat mencari kayu bakar bagi warga setempat. Lokasinya yang berada di dataran tinggi atau lebih tepatnya di lerengnya gunung singgalang membuat udara sejuk dan sangat cocok untuk pertanian.


Nagari Pakan Sinayan, Kabupaten Agam sendiri merupakan salah satu nagari penghasil hasil pertanian yang cukup terkenal di Sumatera Barat. Daerahnya yang berada di kaki gunung singgalang membuat tanah dan udara disana cocok untuk pertanian seperti; sayur-mayur, cabe, kentang, wortel, dan umbi-umbian. Hasil pertanian tersebut nantinya di jual di pasar Padang Luar, Bukitinggi, Padangpanjang, dan bahkan di kirim juga ke provinsi tetangga seperti ke Provinsi Riau.

Daerah yang berada di kaki gunung singgalang ini selain memiliki lahan pertanian yang luas, tentu nya juga memiliki lokasi yang cocok untuk berfoto karena wilayahnya berada diata ketinggian. Bahkan dari atas sana tampak jelas kota Bukitinggi, kota yang terkenal dengan sebutan kota wisata. Dengan panorama yang indah yang ditawarkan oleh nagari Pakan Sinayan tersebut, maka di bangunlah sebuah tempat objek wisata dengan sebutan “janjang sajuta”. Dinamakan “janjang sajuta” yang arti dalam bahasa indonesianya ialah jenjang sejuta karena untuk mencapai titik puncak panorama kita harus menaiki banyak anak tangga yang panjangnya lebih kurang 1 km. Anak tangga tersebut memiliki desain yang unik, yaitu nya berbentuk seperti desain tembok besar Cina. Dengan keunikan desain tersebut memberikan daya tarik tersendiri bagi para pengunjung untuk berfoto di sepanjang anak tangga. Di tambah lagi apabila kita sampai melangkah pada anak tangga terakhir artinya kita sudah sampai di puncak lereng gunung singgalang yang menyuguhkan pemandangan yang indah. Didepan kita terlihat perkampungan dan sawah yang luas. Disebelah kiri, kita dapat melihat gunung marapi dengan jelas serta disebelah kanan, kita dapat melihat Taman Hutan Raya Balingka.


Bagi yang berencana berkunjung ke “janjang sajuta” disarankan untuk menginap di sekitaran kota Bukitinggi karena disekitar lokasi belum ada penginapan yang representative sebab objek wisata ini masih tergolong baru. Untuk penginapan di kota Bukitinggi sendiri tiak sulit menemukanya. Terdapat banyak sekali penginapan di kota tersebut, mulai dari harga seratus ribu per malam hingga ratusan ribu tergantung penginapan dan fasilitas yang kita inginkan. Kalau kita berada di kota Bukittinggi, untuk menuju lokasi yang berada di nagari Pakan Sinayan membutuhkan waktu lebih kurang 40 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi, baik itu kendaraan roda empat maupun roda dua. Untuk angkutan umum sendiri tidak ada yang melayani trayek menuju lokasi tersebut. Selain itu, kita juga bisa menggunakan jasa ojek online dari kota Bukitinggi menuju lokasi lereng gunung singgalang. Untuk tarif ojek online sendiri berkisar Rp.50.000 hingga Rp.70.000. Rute yang kita lalui jikalau kita sedang berada di kota Bukittinggi yaitunya, pertama kita menuju ke perempatan pasar Padang Luar. Setelah itu kita belok kanan di perempatan tersebut menuju jalan ke danau maninjau. Tidak jauh setelah belok kanan atau kira-kira 2 km setelahnya kita masuk ke simpang atau gang kecil yang berada di sisi kiri. Selanjutnya perjalanan kita lurus saja mengikuti jalan tersebut yang medannya makin lama makin menanjak. Sampai akhirnya kita menemukan tulisan atau “tag line” yang bertuliskan lereng gunung singgalang. Begitu juga bagi berasal dari kota Padang. Kita mengambil rute menuju perempatan pasar Padang Luar dan kemudian belok kiri, terus lurus lebih kurang 2 km dan belok kiri, kemudian lurus melewati jalan menanjak hingga sampai menemukan tulisan “lereng gunung singgalang”.


Sesampai di lereng gunung singgalang bukan berarti kita sudah sampai ke puncak nya “janjang sajuta”, bagi yang membawa kendaraan terlebih dahulu memakirkan kendaraannya ditempat parkir yang sudah di sediakan oleh warga setempat. Selanjutnya kita diarahkan oleh warga tersebut menuju gerbang anak tangga “janjang sajuta”. Tidak ada tarif khusus untuk menikmati wisata “janjang sajuta” ini. Kita hanya membayar parkir kendaraan dan sumbangan ala kadarnya kepada warga setempat yang sudah di tunjuk oleh perangkat daerah setempat sebagai penanggung jawab.

Sebelum memulai jalur treking “janjang sajuta’ kita di haruskan untuk memakai baju tebal atau jaket sebab kita akan berada di ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut, artinya suhu udaranya sangat dingin. Ketika kaki melangkah di anak tangga pertama, maka disitulah perjalanan alias treking dimulai. Jalur tanggal yang panjang dan juga mendaki seakan membuat kaki ini tidak sanggup untuk mencapai puncak. Namun disepanjang jalur anak tangga tersebut rasa lelah itu akan terobati melihat luasnya alam yang terbentang, indahnya pohon pinus yang bejejeran, luasnya hamparan sawah, serta hijaunya kebun sayur dan tanaman warga setempat. Sesekali kita berpapasan dengan warga yang pulang dari ladangnya dan saling betegur sapa. Dengan medan perjalanan seperti tersebut tidak ada salahnya juga kita mempersiapkan bekal sebelum berangkat terutama air minum karena kita akan merasa letih mendaki anak tangga tersebut. Kalau lupa atau tidak membawa air minum, di beberapa titik jalur pendakian ada warga setempat yang berjualan makanan ringan dan air minum, kita bisa singgah dan melepas lelah, mengumpulkan tenaga agak bisa sampai di puncak. Sesampai dipuncak, dijamin rasa lelah tersebut akan terobati dengan memandang alam yang luas, gunung, serta deretan bukit barisan.


Di puncak “janjang sajuta” tersebut sudah terdapat fasilitas umum yang dapat dipakai oleh pengunjung seperti mushola, toilet, dan terdapat juga warung kecil warga guna melepas lelah sambil makan cimilan berupa gorengan, mie rebus atau minum air teh panas. Untuk harga makanan yang di jual di warung-warung tersebut sama seperti kedai atau warung pada umumnya seperti harga the panas lima ribu, mie rebus delapan ribu, dan gorengan hanya seribu per satuannya. Pengunjung juga diperbolehkan membawa nasi bungkus untuk di makan di atas puncak namun sampah dari makanan tersebut harus di buang ke tempat sampah yang sudah disediakan warga di lokasi tersebut. Wisata “janjang sajuta” ini dapat membuat kita mendekatkan diri dengan alam. Mengabadikan foto dengan alam. Mengenal kearifan masyarakat setempat. Dan yang terpenting lagi bagaimana alam memberikan keindahan kepada kita. Disamping itu, dengan adanya wisata ini, perekonomian masyarakat setempat menjadi lebih hidup. Tidak hanya dari bertani di ladang, warga juga dapat membuat usaha cendramata, membuka warung, dan manjajakan makanan kepada para pengunjung yang membuat pendapatan daerah setempat akan meningkat.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.