Museum Lobang Tambang Mbah Soero, Jejak Sejarah Manusia Rantai Pekerja Tambang Batubara

Pada tahun 2019 yang lalu UNESCO telah menetapkan tambang batubara di Sawahlunto menjadi situs warisan dunia. Hal tersebut diperoleh tentunya tak terlepas dari sejarah masa lalu pertambangan batubara yang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Pada masa kolonial Belanda, seorang ahli pertambangan Belanda ketika itu menemukan persediaan batubara di kawasan Sawahlunto tersebut. Semenjak itulah orang-orang pemerintah Hindia Belanda membangun bangunan dan terowongan atau lobang untuk mengeruk batubara dari dalam perut bumi. Pemerinntah Hindia Belanda ketika itu juga mendatangkan ribuan pekerja dari berbagai daerah di Indonesia termasuk para pekerja dari pulau jawa. Dalam perjalanannya, para pekerja tambang batubara ini dipekerjakan secara paksa oleh Belanda bahkan sampai tidak dikasih makan dan tidak sedikit pekerja yang meninggal ketika itu. Pada suatu ketika Belanda mendatangkan seorang mandor dari pulau jawa yang bernama mbah Soero. Mbah Soero merupakan seorang mandor yang baik hati kepada pekerja tambang serta juga rajin beribadah. Setelah puluhan tahun tambang tersebut beroperasi sampai tidak beroperasi lagi maka lobang tambang batubara tersebut dijadikan tempat wisata oleh Pemerintah Kota Sawahlunto yang dinamakan dengan Lobang Tambang Mbah Soero. Nama Mbah Soero diambil untuk menghormati jasa beliau yang bersikap baik kepada para pekerja tambang kala itu. Selain lobang tambang, pemerintah juga membangun museum tambang tepat di depan mulut lobang tambang tersebut.


Bagi teman-teman yang ingin mengunjungi situs warisan dunia ini, perjalanan dapat ditempuh melalui jalur darat dari kota Padang. Kota Sawahlunto sendiri berjarak lebih kurang 100 km arah timur kota Padang. Perjalanan biasanya ditempuh dalam waktu lebih kurang 3 jam. Untuk transportasi umum dari Padang, teman-teman dapat memilih P.O bus Jasa Malindo Ibu atau P.O bus Indra dengan ongkos berkisar antara Rp. 20.000 - Rp.25.000. Setiba di kota Sawahlunto teman-teman juga tidak akan pusing mencari penginapan. Terdapat beberapa penginapana yang dekat dengan Lobang Tambang Mbah Soero yaitunya Kate homestay dengan tarif Rp.290.000/malam, OMA homestay dengan tarif Rp.335.000/malam atau Cendana homestay dengan tarif Rp.210.000/malam. Dari penginapan tersebut menuju ke Lobang Tambang Mbah Soero dapat ditempuh dengan berjalan kaki kira-kira 10-15 menit.


Tidak lah susah mencari tempat wisata Lubang Tambang Mbah Soero ini karena lokasinya berada di pusat kota. Bagi teman-teman yang pergi dengan kendaraan pribadi dapat memarkirkan kendaraanya di depan objek wisata tersebut. Objek wisata ini buka setiap hari mulai dari pukul 08.00 Wib – 16.00 Wib. Untuk harga tiket masuk ke Lobang Tambang Mbah Soero dibandrol dengan tarif hanya Rp.6000 per orang baik dewasa maupun anak-anak. Setelah membayar tiket, kita terlebih dahulu memasuki gedung kecil yang berlantai dua atau Gedung museum tambang. Di gedung ini terdapat benda-benda peninggalan tambang serta galeri dan foto-foto pertambangan dimasa lalu. Yang paling menarik disini kita mengetahui sejarah kelam kekejaman kolonial dimasa itu yang menyiksa masyarakat pribumi menjadi pekerja paksa tambang yang di kenal sebagai manusia rantai. Para pekerja paksa tersebut bekerja dengan tangan dan kaki yang terikat rantai sehingga membuat mereka tidak bisa melarikan diri atau melawan kepada para penjajah kala itu.


Selepas melihat-lihat galeri di gedung tersebut maka petugas pemandu disana akan mengarahkan kita menuju ke ruang ganti untuk memakai alat keamanan seperti helm dan sepatu bot serta meletakkan barang bawaan di loket yang telah tersedia. Hal yang terpenting yang diingatkan oleh pemandu ialah untuk tidak membawa korek api kedalam lobang tambang serta mengikuti seluruh perintah pemandu selama di dalam Lobang Tambang Batubara Mbah Soero. Mulai dari mulut lobang pemandu akan menceritakan sejarah singkat tambang batubara ini sambil menuruni anak tangga satu demi satu menuju kedalam tanah. Didalam tambang kita akan menemui banyak lorong-lorong menuju berbagai lokasi penambangan batubara yang panjangnya bisa puluhan kilometer dan bahkan ada yang sampai tembus ke kawasan puncak sebuah bukit. Namun jalur untuk wisata tambang ini hanya dibuka lebih kurang sepanjang 100 meter saja. Jalur tersebut sudah dilengkapi penerangan serta kita masih dapat melihat secara langsung serpihan batubara-batubara yang masih tersisa. Selama menyusuri tambang pengunjung juga tidak diperbolekan makan-makan, selain itu tidak ada pedagang atau penjual makanan di dalam kawasan objek wisata Lobang Tambang Mbah Soero ini.


Jadi tunggu apa lagi, teman-teman harus mengunjungi objek wisata ini kalau berkunjung ke Sumatra Barat. Objek wisata ini sudah menjadi situs warisan dunia UNESCO, jadi pengunjung dapat memperbaharui informasi tentang tambang batubara yang pertama di Sumatra ini dan juga kehidupan para pekerja tambang dimasa kolonial yang sangat menderita. Selain itu pengujung dapat menyusuri terowongan atau lubang tambang bak seolah-olah menjadi pekerja tambang batubara.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.